Bismillahirohmanirohim,
ikhwany..... musibah adalah sebuah ketentuan yang sudah Allah gariskan di dalam
kekuasaannya, semua musibah baik musibah duniawi ataupun musibah samawi semua
tak lepas dari ketetapannya. Bencana yang terjadi tak ubahnya sebagai peringantan
Allah bagi penduduk Bumi yang ingkar kepada ketetapan ilahiyah, sebagaimana
Allah firmankan di dalam Al sur’at surat al-an’am 44 :
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Ayat tersebut diatas menyebutkan bahwa mengingkari dan menjauhi perintah Allah sama saja mengundang azab yang berakibat bencana bagi manusia, oleh karena itu hendaklah ini dijadikan sebagai sebagai barometer bagi kita untuk senantiasa mengingat dan menjalankan perintah Allah.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا
“Dan siapakah yang lebih dholim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Robbnya lalu ia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?, sesungguhnya Kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka, dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya” (QS. Al-Kahf: 57).
Ayat tersebut diatas menyebutkan bahwa mengingkari dan menjauhi perintah Allah sama saja mengundang azab yang berakibat bencana bagi manusia, oleh karena itu hendaklah ini dijadikan sebagai sebagai barometer bagi kita untuk senantiasa mengingat dan menjalankan perintah Allah.
pada hakekatnya bencana terbesar dalam diri seorang muslim adalah sebagai berikut :
hilangnya kenikmatan beribadah sebenarnya merupakan sebuah musibah besar yang terjadi di diri seorang muslim, banyak diantara kita yang tidak merasakan hal ini, bahkan cenderung mengabaikan dan menganggap hal tersebut merupakan perkara biasa yang terjadi di keshidupan manusia, Alla Subhanahu wata Ala berfirman :
Ancaman Dan Akibat Jelek Bagi Orang Yang Berpaling Dari Al-Qur”an
Alloh Ta’aala berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا
“Dan siapakah yang lebih dholim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Robbnya lalu ia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?, sesungguhnya Kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka, dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya” (QS. Al-Kahf: 57).
Allah Ta’aala berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
“dan siapakah yang lebih dholim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. As-Sajdah: 22).
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
“dan siapakah yang lebih dholim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. As-Sajdah: 22).
Allah Ta’aala berfirman:
فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
“maka mereka berpaling dari peringatan (Alloh)?, seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa”. (QS. Al-Mudatstsir: 49-51).
فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
“maka mereka berpaling dari peringatan (Alloh)?, seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa”. (QS. Al-Mudatstsir: 49-51).
Allah Ta’aala berfirman:
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
“maka jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kalian dengan petir seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”. (QS. Fushshilat: 13).
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
“maka jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kalian dengan petir seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”. (QS. Fushshilat: 13).
Allah Ta’aala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. Thoha: 124).
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. Thoha: 124).
Alloh Ta’aala berfirman:
وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam adzab yang amat berat”. (QS. Al-Jinn: 17).
وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam adzab yang amat berat”. (QS. Al-Jinn: 17).
Alloh Ta’aala berfirman:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“dan barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pengasih, Kami akan siapkan baginya setan, maka setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya”. (QS. Az-Zuhruf: 36).
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“dan barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pengasih, Kami akan siapkan baginya setan, maka setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya”. (QS. Az-Zuhruf: 36).
dari beberapa firman Allah di atas menunjukan bahwa meninggalkan ketaqwaan kepada Allah dapat menghilangkan berkah dan dicabutnya kenikmatan untuk beribadah, manusia yang dicabut nikmatnya ketika beribadah berarti dia telah mengalami musibah yang dahsyat dalam hidupnya.
seorang yang tidak bisa merasakan nikmatnya melaksanakan solat tidak dapat merasakan indahnya berpuasa maka dia termasuk orang orang yang telah dicabut nikmatnya oleh Allah subhanahu wataala, maka dengan demikian hendaknya kita selalu menjaga ibadah kita dengan penuh kesadaran dan ketaqwaan kepada Allah.
2. Tidak Pernah Merasa berdosa Ketika meninggalkan ketaan kepada Allah atau berbuat dosa.
seorang pelaku maksiat akan merasakan ketenangan dan kedamaian ketika dia berbuat maksiat kepada Allah demikian juga pelaku Riba akan dengan mudah menepis keharamannya dengan berbagai alasan dan dalail yang mereka adakan sendiri, hal ini tidak lain karena mereka merasa perbuatannya perbuatan biasa yang tidak berpengaruh kepada kehidupannya, p]dahal perbuatannya merupakan perbuatan dosa besar, bahkan di dalam sebuah hadis nabi sallahualaihi wasalam bersabda :
bahkan di zaman sekarang orang dengan terang-terangan berlaku maksiat kepada Allah tanpa malu dan ragu, berbuat sesuaka hatinya tak ubahnya seperti binatang.
ikhwany penyakit yang semacam ini " tidak takut dengan dosa adalah prilaku yang menunjukan musibah besar sedang menghujam ke jiwanya
seorang yang tidak bisa merasakan nikmatnya melaksanakan solat tidak dapat merasakan indahnya berpuasa maka dia termasuk orang orang yang telah dicabut nikmatnya oleh Allah subhanahu wataala, maka dengan demikian hendaknya kita selalu menjaga ibadah kita dengan penuh kesadaran dan ketaqwaan kepada Allah.
2. Tidak Pernah Merasa berdosa Ketika meninggalkan ketaan kepada Allah atau berbuat dosa.
seorang pelaku maksiat akan merasakan ketenangan dan kedamaian ketika dia berbuat maksiat kepada Allah demikian juga pelaku Riba akan dengan mudah menepis keharamannya dengan berbagai alasan dan dalail yang mereka adakan sendiri, hal ini tidak lain karena mereka merasa perbuatannya perbuatan biasa yang tidak berpengaruh kepada kehidupannya, p]dahal perbuatannya merupakan perbuatan dosa besar, bahkan di dalam sebuah hadis nabi sallahualaihi wasalam bersabda :
يَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram.” (HR. Bukhari no. 2083)
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama.”(HR. Muslim no. 1598)
Maksud perkataan “mereka semua itu sama”, Syaikh Shafiyurraahman Al Mubarakfury mengatakan, “Yaitu sama dalam dosa atau sama dalam beramal dengan yang haram. Walaupun mungkin bisa berbeda dosa mereka atau masing-masing dari mereka dari yang lainnya.” (Minnatul Mun’im fi Syarhi Shohihil Muslim, 3/64)
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/358-memakan-satu-dirham-dari-hasil-riba.htmlbahkan di zaman sekarang orang dengan terang-terangan berlaku maksiat kepada Allah tanpa malu dan ragu, berbuat sesuaka hatinya tak ubahnya seperti binatang.
ikhwany penyakit yang semacam ini " tidak takut dengan dosa adalah prilaku yang menunjukan musibah besar sedang menghujam ke jiwanya
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.